“Sekarang masih penghitungan. Satu dua bulan sudah bisa didapat hasilnya. Ya sekitar Meilah bisa dicairkan. Kita tidak ingin salah hitung karena kalau salah, saya yang bisa masuk penjara,” ujar Direktur Madrasah Kemenag RI Nur Kholis Setiawan di selasela Rapat Koordinasi Kepala Sekolah SD/MI Lembaga Pendidikan Maarif NU Se-Jawa Timur di Hotel Utami Juanda, Sidoarjo, kemarin.
Dia menjelaskan, penerima tunjangan sertifikasi adalah guru madrasah non-PNS yang sudah memegang SK Impassing dan sudah bersertifikasi. Karena aturannya dulu, SK Impassing diberikan kepada semua guru non-PNS, walau belum mengikuti sertifikasi. “Sehingga hasilnya ya itu, cuma 81.000 dari 141.000 guru yang sudah memegang SK Impassing. Sisanya masih belum bisa menerima dana sertifikasi karena memang belum memiliki sertifikasi,” bebernya.
Dana sertifikasi guru yang berada di bawah Kemenag RI ini sempat tersendat. Utang kepada para guru terus menumpuk sejak 2010. Nur Kholis menegaskan, ini menjadi tantangan Kemenag karena distribusi anggaran di Kementerian ini memang sangat minim. “Anggaran di Kemenag belum sepenuhnya proporsional. Paradigma anggaran masih menggunakan paradigma lama, di mana asumsinya perkembangan jumlah madrasah tidak seperti sekarang ini,” paparnya.
Faktanya, lima tahun terakhir, perkembangan jumlah madrasah sangat luar biasa. “Padahal, saya diangkat jadi direktur madrasah pada 2013, jumlah madrasah masih 72.000, sekarang dua tahun berselang jumlahnya sudah mencapai 76.000. Selama dua tahun sudah nambah 4.000 madrasah. Uniknya, 93% dari jumlah itu adalah milik masyarakat atau swasta,” rincinya.
Bertambahnya jumlah madrasah, kata Nur Kholis, berimplikasi pada bertambahnya jumlah siswa dan guru. Sementara untuk anggaran masih menggunakan paradigma lama, di mana persoalannya adalah sistem. Di satu sisi, adanya desentralisasi atau otonomi daerah di mana sekolah berada dalam binaan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), sedangkan madrasah harus melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pusat.
“Sehingga untuk bisa menuntaskan persoalan, caranya ya memilih satu di antara dua itu. Tambah APBN untuk madrasah atau dana alokasi khusus (DAK) yang diserap daerah itu tidak boleh dikunci dan harus bisa diperuntukkan untuk madrasah. Karena madrasah ini kasihan sekali,” tandasnya. Selain berjuang untuk terus menuntaskan masalah dana sertifikasi guru ini, Kemenag melalui Direktorat Jenderal Madrasah juga akan memberikan fasilitas bagi guru madrasah yang belum menempuh pendidikan S-1 (strata-1).
Kemenag, imbuh Nur Kholis, akan memberikan bantuan uang kuliah untuk meringankan beban para guru. “Jumlahnya tidak banyak kok , sekitar 8.000-an guru yang belum S-1. Ini kami pacu terus untuk bisa S-1,” pungkasnya. Sementara itu, Wagub Jatim Saifullah Yusuf di hadapan ribuan kepala sekolah Maarif NU meminta untuk terus melakukan inovasi dan terobosan bagi lembaga pendidikannya. Sebab, lembaga Maarif harus mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.
“Persaingan itu ketat dan kompetitif. Kalau kaseknya tidak melakukan inovasi dan adem-ayem, ya anak didiknya serta lembaganya juga tidak akan maju. Bila kaseknya banyak terobosan, maka yang lainnya, guru dan siswanya pasti akan ikut,” kata Saifullah Yusuf di hadapan para kasek di Hotel Utami. Gus Ipul mengatakan, sapaan akrab Saifullah Yusuf, juga meminta Lembaga Maarif untuk meningkatkan standarnya. Karena masih banyak kekurangan yang ada di Lembaga Maarif.
Seperti luasan sarana prasana mengajar, kurikulumnya, serta SDM pengajarnya. “Standar itu harus segera dibangun. Di sisi lain, Maarif juga punya kelebihan, yakni solid secara organisasi. Saya berharap ada standar yang sama untuk seluruh Maarif. Layaknya restoran cepat saji yang sudah terkenal, memiliki kesamaan standar di semua tempat. Kuncinya di kaseknya, harus sregep, inovasi tiada henti,” tandasnya.
Gus Ipul juga berpesan kepada para Kasek untuk pintar dalam mencari anggaran atau dana untuk sekolahnya. Karena saat ini banyak program pendidikan yang dikelola pemerintah. “Kalau kurang uang silakan datang ke DPRD, bupati atau gubernur, serta pemerintah. Ada banyak program untuk pendidikan. Jadi kalau sampai ada Kasek Maarif yang tidak bisa mencari uang, dapat dikatakan terlalu,” ujar Gus Ipul yang disambut tawa para kasek yang hadir.

No comments
Post a Comment