Berdasarkan data dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) secara nasional, pada umumnya guru lemah pada kompetensi penguasaan bidang studi.
Hal tersebut dikatakan Peneliti Senior Pengembangan Kurikulum asal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Dr Wachyu Sundayana, MA, saat memberi materi dalam workshop Kurikulum dan Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI) di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ibn Khaldun
“Khusus untuk bahasa Inggris, kompetensi komunikasinya masih kurang. Dari pasing grade yang ditentukan, memang terus meningkat, mulai dari 0,1 , terus 0,5 hingga sekarang, 4,7,” kata Wachyu.
Untuk mengantisipasi hal itu, menurut Wachyu perguruan tinggi pendidikan harus mempersiapkan diri membenahi kurikulum, yang arahnya harus tepat pada capaian tujuan pembelajaran.
“Yang bisa dilakukan, alat ujinya tes kemampuan berbahasa. Kalau kami di UPI, tes awal kemampuan bahasa Inggrisnya sejak awal masuk. Di tengah perkuliahan, di atas 6 semester, dites lagi. Mahasiswa belum bisa turun PPL kalau belum lulus tes keterampilan bahasa. Mereka baru bisa turun, kalau bahasa Inggisnya sudah bagus,” jelasnya.
Selain itu, menurut Wachyu para dosen perlu merumuskan silabus secara bersama untuk membahas satu mata kuliah keterampilan bahasa.
Ia mencontohkan, untuk pembelajaran speaking (berbicara), dosen pengampuh mata kuliah harus berkoordinasi dengan dosen linguistik. Sebab banyak aspek yang sering terabaikan dari praktek komunikasi saat praktek berbicara.
“Memang untuk kerjasama seperti ini, kadang-kadang sulit. Karena masing-masing dosen berdiri sendiri pada disiplin ilmunya. Tapi kalau Uika bisa memulainya, saya pikir bisa menjadi peopor,” tambah Wachyu.
Thursday, February 4, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments
Post a Comment