"Kualitas mereka belum sepenuhnya seperti yang ditargetkan program sertifikasi ini. Artinya ada guru yang belum memiliki empat kompetensi dasar, yaitu pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian," ujar Djuri di Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNMPK) 2016 di Pusdiklat Kemdikbud, Sawangan, Depok.
Selain membahas kualitas dan sertifikasi guru, RNPK 2016 juga membahas tata kelola guru dan tenaga kependidikan serta rekrutmen guru dan tenaga kependidikan. Terkait pemetaan guru, kata Djuri, diperlukan analisis khusus untuk menentukan langkah penanganan persebaran guru tersebut.
Djuri menyebut, pembahasan menghasilkan usulan pemberdayaan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) unntuk meningkatkan kompetensi guru yang masih rendah. Kemudian juga pada penguatan regulasi PKB untuk meningkatkan kepastian guru yang belum efektif, serta anggaran pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.
"Untuk sertifikasi guru, pemerintah segera menyiapkan regulasi bagi guru yang belum tersertifikasi, serta pemerintah daerah turut menyiapkan pendanaan sertifikasi," tambahnya.
Seorang lugu yang hanya lulusan SD tahun 1960-an dan tidak mengerti paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian sebagai 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, pada suatu sore didatangi oleh seorang murid Kelas 4 SD, anak tetangganya, yang hendak meminta bantuannya untuk menjawab soal PR matematika. Si lugu yang lagi senggang waktunya itu pun mengajari anak tetangganya sehingga 10 soal PR itu selesai, dijawab semuanya. Si anak pun amat berterima kasih dan pulang dengan gembira.
ReplyDeleteTetapi keesokan sorenya anak itu datang lagi dengan sedih, dan mengatakan bahwa ia gagal mencapai nilai 100, hanya 90, karena jawaban soal no. 4 PR-nya kemarin itu salah.
Si lugu melihat kembali soal no. 4 itu. Berapa KPK dari 4 dan 6? Demikian bunyi soal itu, yang kemarin dijawabnya dengan 12.
“Jadi, berapa KPK-nya menurut gurumu?” tanya si lugu.
“Dua puluh empat, Mang,” jawab si anak tetangga dengan pasti.
“Gurumu itu siapa namanya?” tanya si lugu lagi.
Si anak tetangga menyebut nama gurunya, dan si lugu yang mengenal sang guru jadi tercenung. “Bukankah dia itu guru yang sudah S1, dan sudah sertifikasi? Ahhh ..., barangkali berhitung dahulu itu memang beda dengan matematika sekarang ...???